Aida Rahma Savitri |
Pada tahun 2019 lalu, banyak
bencana terjadi yang dikategorikan berskala nasional ataupun lokal di Indonesia.
Seperti misalnya gempa bumi di Lombok, banjir mendadak di berbagai daerah dan
yang tak kalah penting adalah tsunami di Palu.
Lalu bagaimana penanggulangan Bencana? Apakah sudah siap? Apakah manajemen bencana sudah terencana atau tampaknya tidak terencana dan terukur dengan baik? Bagaimana penanggulangan selama bencana ataupun setelah bencana? Bagaimana kinerja kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengatasi bencana? Bagaimana manajemen bencana yang baik dan terintegrasi pada saat sebelum bencana, saat bencana dan sesudah bencana?
Lalu bagaimana penanggulangan Bencana? Apakah sudah siap? Apakah manajemen bencana sudah terencana atau tampaknya tidak terencana dan terukur dengan baik? Bagaimana penanggulangan selama bencana ataupun setelah bencana? Bagaimana kinerja kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengatasi bencana? Bagaimana manajemen bencana yang baik dan terintegrasi pada saat sebelum bencana, saat bencana dan sesudah bencana?
Seperti diketahui jauh
sebelum Indonesia mengenal manajemen bencana, banyak Negara yang sudah
mempunyai manajemen bencana yang baik. Indonesia masih tertinggal jauh padahal
bencana dan korban yang terjadi di mana saja cenderung sama.
Dalam hal manajemen bencana,
Indonesia dapat meniru atau bekerjasama dengan Negara lain dalam hal penggunaan tehnologi. Dimana sistem manajemen bencana berbasis tehnologi menjadi keunggulan yang sudah teruji di negara-negara tersebut.
Manajemen Bencana
Beberapa negara di dunia sudah
memiliki teknologi manajemen bencana yang baik. Teknologi yang membuat berbagai hal lebih sederhana, mudah, cepat, terstruktur, terencana dan tentu saja lebih murah.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia benar-benar akan menggunakan teknologi dalam manajemen bencana yang akan digunakan diseluruh wilayah dan secara
maksimum digunakan di wilayah rawan bencana? Apakah memungkinkan Indonesia memiliki
manajemen bencana dengan mengoptimalisasikan teknologi yang ada?
Data yang dikumpulkan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya ada 1.134 bencana
tahun 2019. Jumlah orang yang terkena dampak dan terlantar akibat bencana
adalah sekitar 777.620 orang, data yang diperoleh ini adalah hasil kerja yang
juga menggunakan tehnologi setelah bencana terjadi.
Sistem
yang gunakan selama kejadian bencana masih perlu ditingkatkan dihadapkan dengan
berbagai tantangan seperti misalnya sistem peringatan bencana dan respons terpadu dalam sistem manajemen kebencanaan.
Kesulitan mendasar di Indonesia diantaranya adalah bagaimana memprediksi bencana alam
seperti gempa bumi dan tanah longsor, serta kurangnya kesadaran penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana.
Ditambah lagi tantangan lainnya yaitu kurangnya analisis data, yang dapat menjadi
referensi untuk sistem peringatan cepat (rapid
alert) serta kualitas jaringan telekomunikasi yang tidak merata.
Kenyataan lainnya yang wajib
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kondisi alam, karena secara geografis lokasi Indonesia
yang berada di lingkaran api Pasifik (ring of fire) membuat Indonesia sangat rentan terhadap
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir dan
kekeringan. Menurut data dari Center for Excellence in Disaster Management and Humanitarian Assistance, Indonesia
telah dilanda sekitar 290 bencana alam besar setiap tahun selama 30 tahun terakhir.
Teknologi informasi dan
komunikasi seharusnya dapat memainkan peran penting dalam manajemen bencana
serta dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan manajemen bencana. Diperlukan sistem terpadu misalnya dengan adanya pusat komando terpadu
yang mendorong aspek kerja sama antara pihak terkait (pemerintah,organisasi swasta, LSM serta organisasi penanggulangan bencana dan pendukung lainnya)
Penggunaan tehnologi perangkat berbasis internet, Internet of
Things (IoT), seperti sensor dan kamera pengintai, stasiun repeater seluler
dan jaringan eLTE, akan membuat proses pengambilan keputusan 60% lebih cepat.
Diharapkan pemerintah dan swasta dapat mengembangkan model manajemen bencana
2P2R (pencegahan, peringatan, respons, restrukturisasi) yang dirancang secara
efektif untuk mendukung implementasi langkah-langkah yang tepat terkait dengan
kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan bencana.
Dengan penggunaan tehnologi
dapat dinilai risiko dan mengidentifikasi potensi bencana sehingga akan
membentuk satu manajemen risiko dan serta manajemen bantuan bencana yang dapat menjadi solusi untuk sistem distribusi dan alokasi sumber daya pendukung
secara terukur.
Tehnologi juga mendukung sistem pengumpulan data multi-channel dan integrasi data yang
berguna bagi analisis bencana, risiko bencana, menganalisa konstruksi bencana
untuk peringatan dini serta untuk penyebaran informasi dalam proses alarm dini.
Dalam masa darurat dapat dikembangkan tehnologi yang mendukung proses
penyebaran informasi dengan cepat. Sedangkan pada masa pemulihan bencana, tehnologi
juga dapat dikembangkan untuk mendukung proses pemulihan atau pencegahan wabah
pasca-epidemi.
Pengembangan berbasis
teknologi dapat menjadi solusi manajemen bencana yang mendukung upaya kolaborasi yang
lebih cepat, lebih terintegrasi, dan andal. Perusahaan Telekomunikasi milik
pemerintah atau swasta diyakini sudah mempunyai pengalaman di berbagai situasi sehingga dapat menjadi mitra BNPB untuk mencari
solusi yang kolaboratif dan efektif dalam hal penanggulangan bencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar